Company History
Kami ada sejak 1918 di Yogyakarta.
Sejarah perusahaan cerutu Taru Martani dimulai tahun 1918 saat seorang produsen cerutu dari Belanda mendirikan perusahaan cerutu perorangan di Yogyakarta.
Seiring dengan pendudukan Jepang di Indonesia tahun 1942 N.V. Negresco diambil oleh pemerintah Jepang dan berganti nama menjadi “Jawa Tobacco Kojo”.
Saat pemerintah Jepang jatuh tahun 1945, Jawa Tobacco Kojo diambil alih oleh pemerintah RI. Sri Sultan Hamengkubuwono IX mengganti nama perusahaan menjadi “Taru Martani” yang berarti “daun yang menghidupi”.
Sayangnya pada tahun 1949 perusahaan ini diambil alih kembali oleh N.V. Negresco.
Pada tahun 1952, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta bersama Bank Industri Negara Jakarta mengambil inisiatif untuk menghidupkan kembali perusahaan tersebut dengan mendirikan PT. Taru Martani. Direktur pertamanya adalah Profesor Mr. Kertanegara (1952-1957) yang dibantu oleh tenaga ahli dari belanda Habraken.
Untuk melebarkan sayap pada tahun 1972, pemerintah DIY bekerjasama dengan perusahaan belanda, Douwe Egberts Taba ksimaatchappij BV di Utrecht, Holland agar dapat mengekspor cerutu ke Belanda. Mereka membentuk perusahaan patungan “PT. Taru Martani BAru” yang produksinya meliputi cerutu bermerek seri Senator, Mundi Victor , Adipati, Ramayana, dan Panther. Mulai tahun 1973 juga diproduksi tembakau shag bermerek Van Nelle, Countryman dan White Ox.
Dengan lahirnya perusahaan patungan dengan harapan Taru Martani Baru dapat berkembang lebih pesat, tetapi kenyataannya tidak seperti yang diharapkan perusahaan. Selama 14 tahun (1972-1986) perusahaan belum mendapatkan laba dan sebaliknya terus merugi. Melihat kondisi tersebut pada tahun 1986 pihak Douwe Egberts Tabaksmaatchappij BV Holland menarik diri dari perusahaan. Mulai Juli 1986 Taru Martani Baru kembali menjadi Perusahaan Daerah (PD).
Pada tahun 1918, Taru Martani didirikan pertama kali oleh Adolphe Antoine Louis Marie Mignot, seorang berkewarganegaraan belanda, dengan menggunakan nama NV Negresco
NV Negresco mengalami kemajuan dan perkembangan sangat pesat sehingga perusahaan melakukan ekspansi dan perusahaan berpindah lokasi dari Bulu ke Baciro, Yogyakarta. Status yang semula usaha perseorangan diubah menjadi Perseroan Terbatas dengan nama N.V. Negresco.
Perusahaan diambil alih oleh pemerintah Jepang, dan diberi nama Jawa Tobacco Kojo. Produksinya pun tidak hanya cerutu tetapi juga rokok putih. Mesin produksi pun diambil oleh pemerintah Jepang dari B.A.T Cirebon. Produksi Cerutu dengan Merk “Momo Taro” dan rokok putih dengan merk “Mizuho” dan “Koa”.
Pemerintah RI mengambil alih Jawa Tobacco Kojo dari Jepang. Namanya kemudian berganti menjadi Taru Martani. "Taru Martani" merupakan nama yang diberikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX, yang berarti Daun Kehidupan.
Perusahaan Cerutu kembali dikuasai Oleh N.V. Negresco. Akan tetapi Negresco belum dapat aktif kembali memproduksi cerutu, sehingga mesin rokok Putih pun dikembalikan lagi kepada British-American Tobacco (B.A.T) Cirebon.
Pemerintah DIY mengambil Inisiatif menghidupkan kembali usaha cerutu tersebut bekerjasama dengan Bank Industri Negara (BIN) Jakarta dan membeli perusahaan cerutu tersebut pada N.V. Negresco secara berkala. PT Taru Martani pun berdiri, hingga tahun 1957 sempat mempekerjakan tenaga ahli dari Belanda, Setelah itu murni tenaga ahli lokal.
Pemerintah RI mengambil alih semua perusahaan milik Belanda termasuk Taru Martani dan dimasukan dalam Perusahaan Negara Perindustrian Rakyat (PNPR) Bujana Yasa dengan Nama; Pabrik Cerutu dan Tembakau Shag Taru Martani. Tahun 1966 Pemerintah RI menyerahkan PNPR Bujana Yasa Pabrik Cerutu dan Tembakau Shag Taru Martani kepada Pemerintah DIY, serta status perusahaan menjadi PD Taru Martani.
Pemerintah D.I. Yogyakarta bekerjasama dengan perusahaan asal Belanda Douwe Egberts Tabak Maatschappij dan membentuk perusahaan patungan bernama PT Taru Martani Baru. Tujuannya agar perusahaan dapat mengekspor produk tembakau ke Belanda. Salah satu produk yang diproduksi adalah DRUM.
Status PT Taru Martani Baru dialihkan menjadi Perusahaan Daerah (PD) Taru Martani, karena Douwe Egberts Tabak Maatschappij menarik diri dari PT Taru Martani Baru. Aktiva tetapnya dihibahkan kepada PD Taru Martani serta aktiva lancarnya dibeli oleh PD Taru Martani. Sejak tahun 1986–2012 perusahaan PD Taru Martani mengeksport cerutu ke beberapa negara.
PD. Taru Martani kembali mengubah statusnya menjadi perseroan terbatas yaitu PT. Taru Martani, dengan bidang usaha aneka usaha (produksi cerutu, tembakau iris, pengolahan & perdagangan, distribusi). Semula hanya dapat mengekspor ke beberapa Negara Saja, kini PT. Taru Martani sudah mengekspor produk cerutu di 7 negara.
Tahun 2015 PT. Taru Martani mulai menjalankan diversifikasi usaha. Diawali dengan usaha briket arang untuk pasar ekspor, kemudian pada November 2019 mulai menjalankan usaha kafe.
Bisnis Taru martani telah berkembang di seluruh dunia. Produk kami dapat ditemukan di negara-negara seperti Belanda, Republik Ceko, Belgia, Jerman, Amerika Serikat, Perancis, Swiss, Australia, negara-negara Asia dan Timur Tengah.d
Pengalaman kami dalam keahlian bisnis cerutu, telah menciptakan komunitas pecinta cerutu dan pelanggan setia di luar negeri.